MySpace hosted images

Wednesday, June 13, 2007

Profil Daerah Kalimantan Selatan


Propinsi Kalimantan Selatan merupakan Propinsi terkecil dari 4 buah propinsi di Kalimantan, terletak antara propinsi Kalimantan tengah danKalimantantimur. seperti halnya daerah Kalimantan lainnya, propinsi Klaimantan Selatan juga memiliki banyak sungai yang menjadi jalur lalu lintas yang penting, dari kota-kota tepi pantai hingga ke pedalaman. Di bagian hulu sungai, sungainya masih ditutupi hutan lebat dengan pohoin-pohon besar serta belukar, dan sekitar muara sungai serta tepi pantai daerahnya berawa-rawa. Walaupun lalu lintas banyak menggunakan sungai dengan perahu-perahu namun di daerah ini mempunyai prasarana perhubungan darat yakni jalan.

Jalan raya bahkan dapat menghubungkan kota Banjarmasin dengan Samarinda di Kalimantan Timur.Di daerah persungaian terdapat persawahan dan perkebunan sedang di danau, sungai dan rawa menjadi pusat kegiatan nelayan. Hutan-hutannya menghasilkan kayu-kayu ulin, lanau, damar putih dan sebagainya serta rotan, getah, madu, lilin dan lain-lain. Selain itu hutan-hutan ini dihuni oleh berbagai binatang misalnya monyet, kijang, rusa, harimau pohon trenggiling dan lain-lain. Sedangkan sungai, danau dan rawa-rawanya penuh dengan berjenis-jenis ikan air tawar dan masih terdapat jenis ikan hiu sungai yang disebut ikan tapak sangat ditakuti oleh nelayan.

Penduduk asli Kalimantan Selatan pada umumnya suku bangsa Banjar yang intinya terdiri dari sub suku, yaitu Maanyam, Lawangan dan Bukiat yang kemudian mengalami percampuran dengan suku bangsa Melayu, Jawa dan Bugis. Identitas utama yang terlihat adalah bahasa Banjar sebagai media umum. Penduduk pendatang seperti Jawa, Melayu, Madura dan Bugis sudah lama datang ke daerah Kalimantan Selatan. Suku bangsa Melayu datang sejak jaman Sriwijaya atau sebagai pedagang yang menetap, suku bangsa Jawa datang pada periode Majapahit bahkan sebelumnya, dan orang Bugis datang mendirikan kerajaan Pegatan di masa lalu.

Suku-suku Maanyan, Lawangan, Bukit dan Ngaju dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Jawa, dipersatukan oleh kerajaan yang beragama Budha, Hindu dan terakhir Islam, dari kerajaan Banjar, sehingga menumbuhkan suku bangsa Banjar yang berbahasa Banjar. Kerajaan Banjar ini pada abad 16 dan 17 sudah mengadakan hubungan dengan kesultanan Demak dan Mataram. Kerajaan inipun tidak luput dari incaran bangsa asing seperti Belanda dan Inggris yang silih berganti mendatangi pelabuhan Banjar. Ketika terjadi perlawanan terhadap Belanda pada abad ke 29, tampil pemimpin-pemimpin seperti Sultan Hidayat dan Pangeran Antasari menghadapi Belanda.

Masyarkat adat Kalimantan Selatan terutama suku Banjar mengenal berbagai upacara adat yang berkenaan dengan kehidupan manusia. Sejak masih dalam kandungan hingga saat kematiannya. Misalnya adanya adat berpantang bagi wanita hamil, upacara Bapalas bidan, yakni ketika bayi yang dilahirkan berumur 40 hari dan sekaligus memberikan nama, upacara turun tanah, khitanan dan sebagainya. Dalam upacara perkawinan teridiri dari banyak tahapan, sejak Babasasuluh yaitu mencari data-data tentang calon istri, Badatang yakni melamar, Bantar Patalian yaitu acara penyerahan seperangkat barang atau mas kawin, kemudian upacara nikah cara Islam di hadapan penghulu. Sesudah menikah diadakan upacara Batimung yaitu pengantin sebelum bersanding terlebih dahulu mandi uap, merias pengantin, Batamat Quran dimana calon pengantin diharuskan membaca Quran, dan puncak upacara adalah pengantinBatatai atau bersanding. Terakhir adalah upacara Pemakanan Pengantin yakni kedua mempelai menjalani bulan madu, selama 7 hari 7 malam hanya makan dan minum di balik tabir tertutup.

Pada masyarakat Banjar berkembangseni sastra dan seni suara yang indah, yang semula dari pergaulan sehari-hari di antara mereka saling sindir menyindir kadang-kadang dengan bahasa syair dan pantun-pantun dan ada kalanya bersifat humor di antara muda-mudinya. Sindir menyindir ini lama kelamaan berkembang menjadi seni sastra yang indah hingga kini misalnya pepatah-pepatah.

Di bidang seni rupa, suku Banjar mengenal sulaman-sulaman yang indah-indah yang biasanya sebagai pelengkap peralatan upacara seni ukir, terdapat pada ukiran kayu pada bangunan rumah atau mesid, juga pada kerajinan barang -barang dari kuningan seperti tempat sirih, peludahan, bokor, kapit , abun dan sebagainya.Anyaman dari pandan atupun rotan umumnya dikerjakan oleh wanita untuk mengisi waktu senggang berkembang pula di daerah ini.

Untuk seni bangunan terutama bangunan rumah, masyarakat suku Banjar sudah memiliki arsitektur yang cukup tinggi nilainya. Rumah-rumah tradisional berupa rumah panggung dengan atap yang menjulang tinggi. Dari samping bila dilihat seperti piramide. Rumah-rumah panggung tersebut berbeda-beda satu sama lain karenanya, dapat diketahui status sosial pemiliknya. Dahulu rumah-rumah tersebut dibedakan dalam beberapa golongan atas seperti Bangsawan, ulama, pedagang mempunyai rumah bubungan tinggi yang disebut gajah baliku, palimasan palimbangan, gajak manyusu, rumah balai laki, dan rumah Balai Bini. Sedangkan bagi orang kebanyakan rumahnya adalah rumah cacak burung, rumah tadah alas, rumah gudang atau pondok biasa. Rumah bagi orang biasa umumnya berbentuk segi empat silang atau segi empat memanjang.

Dijaman Kerajaan Banjar masih berdiri, rumah bubungan tinggi adalah rumah kediaman raja dan bangsawan.

Bubungan tinggi adalah tempat tinggal para raja dan panembahan, Pelimasan tempat tinggal para pedagang dan ulama, Balai laki tempat tinggal para punggawa dan menteri, Balai Bini untuk tempat tinggal putri-putri gusti, dan Gajah manyusu untuk tempat tinggal putra-putra raja.

No comments:

Friendster Glitter Graphics